- Homemain page
- free blogger templatesthe vendor
- Pecinta Bloggerblogger
- Subscribe to RSSkeep updated!

Thursday, October 15, 2009
Al-Ghazali dan Filsafat
Wednesday, October 14, 2009
SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN LIRBOYO
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo erat sekali hubungannya dengan awal mula KH. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 M. setelah kelahiran putri pertama beliau yang bernama Hannah dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah (Dlomroh), putri Kyai Sholeh Banjarmelati.
Perpindahan KH. Abdul Karim ke desa Lirboyo dilatarbelakangi atas dorongan dari mertuanya sendiri yang pada waktu itu menjadi seorang da’i, karena Kyai Sholeh berharap dengan menetapnya KH. Abdul Karim di Lirboyo agama Islam lebih syi’ar dimana-mana. Disamping itu, juga atas permohonan kepala desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh untuk berkenan menempatkan salahsatu menantunya (Kyai Abdul Karim) di desa Lirboyo. Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tentram.
Betul juga, harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani, saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang
Santri Perdana dan Pondok Lama
Tahun demi tahun, Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin banyaklah santri yang berdatangan mengikuti santri-santri sebelumnya untuk bertholabul ilmi , maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang dialami oleh Syamsuddin dan Maulana, dibentuklah satuan keamanan yang bertugas ronda keliling disekitar pondok.
Berdirinya Masjid Pondok Pesantren Lirboyo
Asal mula berdirinya masjid di Pondok Lirboyo, karena Pondok Pesantren yang sudah berwujud nyata itu kian hari banyak santri yang berdatangan, sehingga dirasakan KH. Abdul Karim belum dianggap sempurna kalau ada masjidnya. Maka dua setengah tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo, tepatnya pada tahun 1913 M. timbullah gagasan dari KH. Abdul Karim untuk merintis mendirikan masjid di sekitar Pondok.
Semula masjid itu amat sederhana sekali, tidak lebih dari dinding dan atap yang terbuat dari kayu. Namun setelah beberapa lama masjid itu digunakan, lambat laun bangunan itu mengalami kerapuhan. Bahkan suatu ketika bangunan itu hancur porak poranda ditiup angin beliung dengan kencang. Akhirnya KH. Muhammad yang tidak lain adalah kakak ipar KH. Abdul Karim sendiri mempunyai inisiatif untuk membangun kembali masjid yang telah rusak itu dengan bangunan yang lebih permanen. Jalan keluar yang ditempuh KH. Muhammad, beliau menemui KH. Abdul Karim guna meminta pertimbangan dan bermusyawarah. Tidak lama kemudian seraya KH. Abdul Karim mengutus H. Ya’qub yang tidak lain adik iparnya sendiri untuk sowan berkonsultasi dengan KH. Ma’ruf Kedunglo mengenai langkah selanjutnya yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembangunan masjid tersebut.
Dari pertemuan antara H. Ya’qub dengan KH. Ma’ruf Kedunglo itu membuahkan persetujuan, yaitu dana pembangunan masjid dimintakan dari sumbangan para dermawan dan hartawan. Usai pembangunan itu diselesaikan, peresmian dilakukan pada tanggal 15 Rabi’ul Awwal 1347 H. / 1928 M. Acara itu bertepatan dengan acara ngunduh mantu putri KH. Abdul Karim yang kedua , Salamah dengan KH. Manshur Paculgowang.
Dalam tempo penggarapan yang tidak terlalu lama, masjid itu sudah berdiri tegak dan megah (pada masa itu) dengan mustakanya yang menjulang tinggi, dinding serta lantainya yang terbuat dari batu merah, gaya bangunannya yang bergaya klasik , yang merupakan gaya arsitektur Jawa kuno dengan gaya arsitektur negara Timur Tengah.
Untuk mengenang kembali masa keemasan Islam pada abad pertengahan, maka atas prakarsa KH. Ma’ruf pintu yang semula hanya satu, ditambah lagi menjadi sembilan, mirip kejayaan daulat Fatimiyyah.
Selang beberapa tahun setelah bangunan masjid itu berdiri, santri kian bertambah banyak. Maka sebagai akibatnya masjid yang semula dirasa longgar semakin terasa sempit. Kemudian diadakan perluasan dengan menambah serambi muka, yang sebagian besar dananya dipikul oleh H. Bisyri, dermawan dari Branggahan Kediri. Pembangunan ini dilakukan pada tahun sekitar 1984 M.
Tidak sampai disitu, sekitar tahun 1994 M. ditambahkan bangunan serambi depan masjid. Dengan pembangunan ini diharapkan cukupnya tempat untuk berjama’ah para santri, akan tetapi kenyataan mengatakan lain, jama’ah para santri tetap saja membludak sehingga sebagian harus berjamaah tanpa menggunakan atap. Bahkan sampai kini bila berjama'ah sholat Jum'at banyak santri dan penduduk yang harus beralaskan aspal jalan umum.
SEJARAH BERDIRINYA MADRASAH HIDAYATUL MUBTADI-IEN
Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien berdiri bermula dari gagasan Jamhari seorang santri senior asal Kaliwungu Kendal Jawa Tengah. Gagasan tersebut dilaksanakan setelah mendapat restu dari Romo KH. Abdul Karim, kemuadian diikuti oleh Mas Syamsi asal Gurah Kediri dan Mas Syamsi orang yang pertama memasang papan tulis disetiap kelas sebagai sarana untuk menulis dan menerangkan pelajaran. Dan saat itu secara resmi, Madrasah yang baru lahir itu diberi nama “Hidayatul Mubtadi-ien”
Berdirinya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien ini sangat direstuhi oleh Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Hadrotus Syaikh Romo KH. Abdul Karim, sehingga beliau dawuh kepada semua santri “ SANTRI-SANTRI KANG DURUNG BISO MOCO LAN NULIS KUDU SEKOLAH “ (para snatri yang belum bisa membaca dan menulis harus mengikuti sekolah).
Tujuan berdirinya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien
Kendala-kendala dalam tahun-tahun pertama
1. Madrasah sudah terbagi menjadi bebrapa lokal
Setalah mandek selama dua tahun tepatnya tahun 1931 M. sampai tahun 1933M. KH. Jauhari menantu Hadrotus Syaikh Romo KH. Abdul Karim bersama kepala Pondok pesantren Lirboyo yang kala itu dijabat Oleh K. Kholil asal Melikan Kediri serta KH. Faqih Asy’ari asal Sumber Pare Kediri menghidupkan kembali Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien. Dan madrasah dibuka kembali pada malam Rabu bulan Muharrom 1353 H. yang bertepatan dengan tahun 1933 M. Dan saat itu setiap siswa ditarik sumbangan 5 Sen setiap bulan.
Perlu diketahui, bahwa Madrasah pada masa itu masuk malam hari yaitu ba’dal Maghrib dan dibagi dalam 8 (delapan) kelas, 3 kelas untuk Sifir (persiapan), yang terdiri dari Sifir Awal, Sifir Tsany dan Sifir Tsalis. Sedangkan 5 kelas dipergunakan untuk tingkat Ibtidaiyyah yang terdiri dari kelas I, kelasII, kelas III, kelas IV, dan kelas V kelas.
Sedangkan kurikulum yang diajarkan pada tingkat sifir adalah mata pelajaran dasar semacam pelajaran menulis huruf Arab ( Khoth) pelajaran membaca Al-qur’an, tajwid dan pelajaran Fiqh ibadah tahap permulaan. Sedangkan untuk kelas yang lebih tinggi, pelajarannya pun ditingkatkan sesuai dengan tingkatan kelasnya, dan untuk tingkatan yang paling tinggi pelajaran ketika itu adalah Al Jauharul Maknun.
Pada dasarnya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien semenjak berdirinya memberikan porsi lebih banyak untuk mata pelajaran Ilmu Nahwu dan shorof , sehingga menjadi ciri khas tersendiri bagi Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien.
Ketika masa Penjajahan Jepang
Setelah Merdeka
Masa pembenahan kurikulum
Dengan terbentuknya pendidikan tingkat aliyah ini, merupakan masa peralihan dari sistem pendidikan model lama menuju sistem modern yang diselaraskan dengan tradisi pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo. Dan pada tahun ini pula jenjang pendidikan disempurnakan untuk Ibtidaiyah 6 Tahun, Tsanawiyah 3 Tahun dan Aliyah 3 tahun.
Pada tahun ajaran 1983-1984 sidang Panitia kecil yang dipimpin KH. Anwar Manshur. Menetapkan penyempurnaan kurikulum dengan menambah kitab Al-Mahalli ( Fan Fiqh ) Jami’ush Shohir (Fan Hadits) dan Jam’ul Jawami’ (Fan Ushul Fiqh) kitab-kitab inilah yang menjadi kitab pelajaran Aliyah, dan kitab yang paling besar yang ada di Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien.
Perkembangan terakhir
Tuesday, October 13, 2009
Senjata Makan Tuan
Kisah Penjual Kalung
Selesai menunaikan ibadah haji ia mampir di Baghdad untuk mengambil kembali kalungnya. Sebagai ucapan terima kasih ia membawa hadiah untuk penjual minyak wangi itu.
Friday, September 11, 2009
KISAH BERKAT SENANG MEMBACA BISMILLAH
Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan sentiasa memperolok-olokkan isterinya. Suaminya berkata sambil mengejak, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah." Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."
Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan wang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan senyap-senyap suaminya itu mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi di belakang rumahnya.
Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku wang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan." Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali.
Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.
Saturday, August 22, 2009
AGAMA
Pastilah keluhuran itu milik jiwa yang bersih
Yang jauh dari jiwa itu kata dusta
Jiwa yang berilmu dan bertameng
Dengan agama, agama itu menjadi penopang kemuliaannya
Agama, jika tidak ada agama, pasti tidaklah putus
Bungkul-bungkul dari tali alam ini
(jika tidak ada agama, tentu kegelapan umat ini menjadi awet)
Dan takkan keraslah, kebengkokan urusan mereka
Tak dapatlah di luruskan kebengkokan mereka yang tangguh
Dan pastilah mereka tetap tingggal di Najed yang gelap
Dan pastilah mereka tetap tingggal di Tihanah yang jauh dari petunjuk
Agama yang benar itu, bagaikan lampu yang menerangi umat berjalan menuju ke arah kemajuan. Sedangkan mengamalkan ajaran-ajaran agama adalah petunjuk jalan untuk seluruh umat manusia.
Agama adalah ciptaan Allah, maka betapa janggal bagi akal sehat, jika sekiranya Allah memerintahkan kepada sekalian hambanya untuk melaksanakan sesuatu yang menyebabkan mereka lebih suka duduk berdiam diri, tidak berusaha melakukan amal baik, dan yang menghambat mereka mencapai kehidupan yang layak dan di ridhoi Allah SWT.
Kemajuan yang baik dan benar adalah inti utama dalam jiwa agama yang benar. Kalaupun tidak dapat dikatatan bahwa keduanya itu identik, maka keduanya merupakan saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu. Ayahnya adalah hak (kebenaran) dan ibunya adalah hakikat (kenyataan).
Tidak ada sesuatu yang dapat membahagiakan manusia, kecuali agama dan tidak ada sesuatu yang pun yang dapat mencelakakan mereka, kecuali mengabaikan agama atau berpegangan dengan bagian luar (kulit) agama dan meninggalkan inti ajarannya.
Agama ibarat pedang bermata dua (kedua sisinya sama-sama tajam). Apabila ada orang yang mengaku beagama, berusaha memperbaiki pengamalannya (mengamalkan dengan baik, menggunakannya sebagaimana mestinya), maka agama itu menjadi penolong dalam menghadapi segala kesulitan dan menjadi petunjuk jalan di kala dalam keadaan kebingungan (bagai orang yang tersesat di
Orang yang menduga, bahwa agama Allah itu mengharuskan menjauhi dunia
Dan dia mengira berpaling darinya itu sangatlah berguna
Tapi, andaikata dia di datangkan seribu dirham
Segeralah melepas takwanya dan menceraikan kawara’ annya
Ia bukanlah orang yang zuhud sejati dan menjauhi harta dunia
Tetapi kesunggguhan (usaha) di anggapnya menghancurkan tulang
Sehingga ia takut berusaha(bekerja) yang bisa membuat kakinya berdarah
Ia hanya istirahat yang di anggapnya perlu di lakukan
Bukanlah di namakan zuhud di dunia seseorang
Yang berpakaian kasar dan suka pakaian tambalan
Sesungguhnya orang zuhud sejati hanyalah orang
Yang bisa menahan diri (dari hidup bersenag-senang) dan
enggan menjadi orang hina dina.
Janganlah engkau menduga bahwa agama sebagai sesuatu
yang di diktekan kemauan nafsu
Agama Allah tidak mengandung sesuatu bid’ah-bid’ah seperti itu
Agama adalah cahaya terang yang berkilau
Seluruh alam menjadi terang, tatkala agama memancarkan cahaya
Budi luhur itu memancar dari agama yang mengenyahkan
Kegelapan hingga terbitlah terang
Categories
- Agama (1)
- FILSAFAT (1)
- FREE EBOOK ISLAMI (1)
- HUMOR (1)
- KISAH (3)
- LIRBOYO (1)
- SOFWARE ISLAMI (1)